Selasa, 22 November 2011

motivasi hari ini

Cocok untuk anda yang ingin memberikannya pada kerabat, teman atau sahabat anda.

1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.
3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.
5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.
11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.
13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.
16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.
17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.
19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.
20. Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.
23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.
24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis
http://pabrikberita.wordpress.com

fakta unik tentang perempuan

Berikut adalah beberapa fakta lain tentang wanita menurut ahli kimia pria.
1.      Jika Anda menciumnya, Anda bukan gentleman.
2.      Jika Anda tidak menciumnya, Anda bukan lelaki.
3.      Jika Anda memujinya, dia akan mengira Anda gombal.
4.      Jika Anda tidak memujinya, Anda adalah laki-laki tak berguna.
5.      Jika Anda setuju terhadap semua keinginannya, dia akan melonjak.
6.      Jika Anda tidak setuju, Anda tidak pengertian.
7.      Jika Anda bercinta dengannya, Anda dicurigai “sudah ahli”.
8.      Jika Anda tidak bercinta dengannya, Anda bukan lelaki.
9.      Jika Anda sering mengunjunginya, dia pikir Anda membosankan.
10.  Jika Anda tidak sering mengunjunginya, dia menuduh Anda “main” sama orang lain.

11.  Jika Anda berpakaian rapi, dia bilang Anda menarik perhatian wanita lain.
12.  Jika Anda tidak berpakaian rapi, dia bilang Anda berantakan.
13.  Jika Anda cemburu, dia bilang Anda jahat.
14.  Jika Anda tidak cemburu, dia bilang Anda tidak cinta padanya.
15.  Jika Anda ingin bercinta, dia akan berkata Anda tidak menghormatinya.
16.  Jika Anda tidak ingin bercinta, dia pikir Anda tidak suka padanya.
17.  Jika Anda telat satu menit, dia akan marah-marah.
18.  Jika dia telat satu jam, dia bilang itu memang seharusnya bagi seorang wanita.
19.  Jika Anda mengunjungi wanita lain, dia akan menuduh Anda berselingkuh.
20.  Jika dia dikunjungi oleh laki-laki lain, dia akan berucap, “Oh, sudah biasa, kami wanita!”
21.  Jika Anda menciumnya sebentar, dia akan menuduh Anda orangnya dingin.
22.  Jika Anda menciumnya lama, dia akan berteriak bahwa Anda kurang ajar.
23.  Jika Anda tidak membantunya menyeberang jalan, dia menganggap Anda kurang etika.
24.  Jika Anda berhasil membantunya menyeberang jalan, dia anggap itu taktik lelaki.
25.  Jika Anda menatap wanita lain, dia akan menuduh Anda buaya.
26.  Jika dia ditatap laki-laki lain, dia berkata bahwa mereka mengaguminya.
27.  Jika Anda membiayai hidupnya, dia pikir Anda meremehkannya.
28.  Jika Anda tidak membiayai hidupnya, dia pikir Anda pelit.
29.  Jika Anda bercinta dengan wanita lain, dia minta putus.
30.  Jika dia bercinta dengan laki-laki lain, dia berucap, “Bukan salahku, dia yang memaksa!”
31.  Jika Anda berhasrat bercinta dengannya, dia anggap hanya itu yang Anda inginkan.
32.  Jika Anda tidak berhasrat bercinta dengannya, dia anggap Anda jual mahal.
33.  Jika Anda bicara, dia ingin Anda sendiri mendengar yang Anda bicarakan.
34.  Jika Anda mendengar, dia ingin Anda yang bicara.
35.  Jika saat bercinta dia diam saja, dia minta dicumbu.
36.  Jika saat bercinta Anda diam saja, dia juga diam saja.
37.  Jika dia menangis, Anda salah telah membuatnya menangis.
38.  Jika Anda menangis, dia pergi darimu karena Anda bukan laki-laki sejati.

http://gokilbo.wordpress.com

Menanti

ada yang berbeda pagi ini
debaran jantung kian cepat
kicauan burung berpadu dengan mesin pemotong rumput
ada yang salah...
 tidak akan pernah Tuhan menciptakan hari yang salah
 hanya berbeda, tiap hari berbeda..

 kicau burung tak terdengar lagi
 telah pergi ia mencari makan untuk anak-anaknya
 mesin pemotong rumput terus menderu
 sesekali gemeretak keras mengenai kerikil

hatiku semakin gelisah
badanku terus berkeringat gerah
tak sabar lagi..tak sabar lagi..
menunggu sesosok mungil yang cantik dalam dekapanku
anakku cepatlah sapa dunia ini dengan tangisan kecilmu..

hadid (di akhir tahun 2011)

 

Senin, 07 November 2011

mAkNA seBUAh tiTIpAN

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan… Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
[WS Rendra]

Banyak yang Mau Berubah, tapi Memilih Jalan Mundur

UST. YUSUF MANSYUR

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah. Tertidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya berpesan ke supir saya, “Nanti di depan ke kiri ya.”
“Masih banyak, Pak Ustad,” jawab sopir saya.
Saya paham. Si sopir mengira, saya ingin membeli bensin. Padahal bukan.
“Saya mau pipis,” jelas saya pada sopir.
Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti.
“Pak Ustadz!” panggilnya seraya melambaikan tangan dari kejauhan dan mendekati saya.
Saya menghentikan langkah. Menunggu si sekuriti.
“Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja,” ujarnya sembari tersenyum sumringah.
Saya juga tersenyum. Insya Allah, saya tidak merasa gede rasa. “Saya ke toilet dulu ya,” kata saya meminta pengertian sang sekuriti.
“Nanti saya pengen ngobrol. Boleh Ustadz?” laki-laki itu berusaha menahan langkah saya.
“Saya buru-buru, lho. Tentang apaan sih?” jawab saya sembari menatapnya tajam.
“Saya bosen jadi satpam Pak Ustad.”
Sejurus kemudian saya sadar. Ini pasti Allah pasti yang memberhentikan langkah saya.
Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun karena ingin pipis, lantas sampai di sebuah pom bensin, hingga akhirnya bertemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya harus berbicara dengannya. Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Demikian saya membatin.
“Ok, nanti setelah dari toilet ya,” jawab saya pada sang satpam.
***
“Jadi, gimana? Bosen jadi satpam? Emangnya nggak gajian?” tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart-nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
“Gaji mah ada, Ustadz. Tapi masak gini-gini aja nasib saya?”
“Gini-gini aja itu karena ibadah Bapak juga gini-gini aja. Disetel bagaimanapun, agak susah merubahnya.”
“Wah, ustadz langsung nembak aja nih.”
Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitulah manusia. Rezeki mau banyak, tapi kepada Allah tidak mau mendekat. Rezeki mau bertambah, tapi ibadah tidak mau ditambah. Dari dulu tetap begitu-begitu saja.
“Sudah shalat ashar?”
“Barusan, Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya nggak? Ya saya pikir sama saja.”
“Oh, jadi nggak apa-apa telat, ya? Karena menurut Bapak, kerja Bapak adalah juga ibadah?”
Sekuriti itu tersenyum meringis. Mungkin ia jujur mengatakan demikian. Mungkin juga tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap pekerjaannya sebagai ibadah. Namun bisa juga tidak. Anggapan pekerjaan sebagai ibadah cuma sebatas ucapan saja. Lagi pula jika menganggap pekerjaan-pekerjaan kita adalah ibadah, maka apa yang kita lakukan di dunia ini semuanya juga ibadah kalau kita niatkan sebagai ibadah.
Tapi, hal itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajib dijadikan prioritas nomor satu. Kalau ibadah wajibnya dijadikan prioritas nomor tujuh belas, tentu adalah bohong belaka jika menganggap pekerjaan sebagai ibadah. Lantas, apakah kita tidak boleh meniatkan pekerjaan sebagai ibadah? Tentu saja boleh! Bahkan bagus sekali, bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita umpamakan demikian. Suatu saat, kita menerima tamu, kemudian Allah datang. Artinya kita menerima tamu, tepat ketika waktu shalat tiba. Kemudian kita abaikan shalat. Kita abaikan Allah. Nah, apakah demikian masih pantas pekerjaan kita disebut sebagai ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil pekerjaan dan usaha, hanya sedikit yang diberikan kepada Allah daripada untuk kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Tampaknya, kita perlu memikirkan kembali ungkapan “pekerjaan sebagai ibadah.”
Saya kembali bertanya pada si sekuriti, “Kata ‘barusan’ itu maksudnya jam setengah limaan, ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini.”
“Ya, kurang lebih, deh,” ujar si sekuriti seraya tersenyum kecut.
Saya masih ingat, dulu saya dikoreksi oleh seorang faqih, seorang alim, bahwa shalat itu harus tepat waktu. Di awal waktu. Bagaimana mungkin kita ingin diperhatikan oleh Sang Maha Memberi Rezeki jika shalat kita tidak tepat waktu?!
Aqimish shalaata lidzikrii. Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Menunda-nunda. Itu kan jadi sama saja dengan menunda-nunda dalam mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti itu. Entahlah, saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.
“Gini ya, Pak. Kalau Bapak shalat asar jam setengah lima, maka Bapak jauh sekali tertinggal untuk mengejar dunia. Bapak sudah telat sejam setengah jika waktu ashar sekarang dimulai pada jam tiga kurang sedikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita? 5 x 1,5 jam, lalu dikalikan sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikalikan lagi sekian tahun kita telat. Itu baru soal telat saja. Belum kalau ketinggalan atau kelupaan. Lebih bahaya lagi kalau benar-benar sengaja tidak shalat! Wah, makin jauh saja mestinya kita dari senang!”
Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya katakan. Dari raut mukanya, tampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara, ya. He…he..he. Belagu ya saya? Masa perkataan cetek begini harus ditanyakan pada lawan bicara, paham apa tidak.
Saya juga menjelaskan pada si sekuriti. Jika dia merupakan alumni SMU yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan seangkatannya mungkin sudah banyak yang maju. Sementara dia sendiri seperti diam di tempat. Misalkan, seseorang membuka suatu usaha. Lalu ada orang lain lagi yang juga membuka usaha. Sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya. Nah, bisa jadi hal itu karena ibadah yang satu itu bagus, sedangkan yang lain tidak.
Dan saya mengingatkan kepada Anda sekalian untuk tidak menggunakan mata telanjang guna mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu rajin shalat dan banyak kebaikannya, namun hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu-satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.
“Terus, mau berubah?” tanya saya kembali kepada si sekuriti.
“Mau, Pak Ustad! Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalau tidak serius?”
“Ya udah, deketin Allah, deh. Ngebut ke Allah.”
“Ngebut gimana?”
“Satu: benahi shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat! Kejar rezeki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampai keduluan Allah.” Si sekuriti mengaku mengerti, maksudnya adalah bahwa sebelum azan ia sudah siap di atas sajadah. Kita ini menginginkan rezeki dari Allah, tapi tidak berusaha mengenali Dia Yang Membagi-bagikan rezeki.
Contohnya, para pekerja di tanah air ini. Mereka bekerja supaya memperoleh gaji. Dan gaji itu merupakan rezeki. Tapi giliran Allah memanggilnya, malah perilakunya seperti tidak menghargai Allah. Padahal hakikatnya, Allah yang menjadikan seseorang bisa bekerja. Ini kan aneh. Saat menemui, penampilan rapi, wangi, dan betul-betul dipersiapkan sedemikian rupa. Namun, giliran mereka menemui Allah, pakaian mereka sembarangan. Amit-amit. Tidak ada persiapan. Bahkan, tidak segan-segan mereka menunjukkan wajah dan fisik yang lelah. Hal itu berarti tidak mengenal Allah.
“Kedua,” saya teruskan, “keluarkan sedekahnya!”
Saya ingat betul. Sekuriti itu tertawa.
“Pak Ustadz, bagaimana saya bisa sedekah, hari ini saja belanjaan di rumah sudah habis? Saya terpaksa berhutang lagi di warung. Saya sudah mulai mengambil barang dulu, bayar belakangan.”
“Ah, Bapak saja yang barangkali kebanyakan beban. Memang gajinya berapa?”
“Satu koma tujuh, Pak Ustadz.”
“Wuah, itu mah besar sekali. Maaf, ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, gaji segitu sudah besar.”
“Yah, kan saya harus bayar cicilan motor, kontrakan, susu anak. Bayar ini, bayar itu. Emang nggak cukup, Pak ustadz.”
“Itu gaji bisa gede, emang sudah lama kerjanya?”
“Kerjanya sih sudah tujuh tahun. Tapi gaji gede bukan karena sudah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, Ustadz.”
“Kok bisa?”
“Ya, sebab saya tinggal di mess. Saya nggak tahu gimana boss menghitung sampai ketemu angka 1,7jt.”
“Terus, kenapa masih kurang?”
“Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak.”
“Secara matematis, lepaskan saja tanggungan yang tidak perlu, seperti motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan nggak perlu?”
“Pengen kayak orang-orang, Pak Ustadz.”
“Ya susah kalau begitu, mah. Ingin meniru orang lain hanya pada soal motornya saja. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot!”
Sekuriti ini nyengir. Memang kalau motor ini dilepas, dia bisa menghemat 900 ribu.
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Tidak jelas bagaimana ia menutupi kebutuhannya yang lain. Biaya kontrakan saja, termasuk air dan listrik, sudah Rp. 450 ribu. Kalau melihat keuangan model begini, tentu saja defisit terus.
“Ya sudah. Sudah terlanjur, ya. Oke, shalatnya gimana? Mau diubah?”
“Mau, Ustadz. Saya mau benahi shalat saya.”
“Bareng sama istri, ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sandal, lakukan berdua. Tambah baik kalau anak-anak juga diajak. Ajak semua anggota keluarga untuk membenahi shalat!”
“Siap, Ustad!”
“Tapi sedekahnya tetap harus dilaksanakan, lho!”
“Yah, Ustadz. Kan saya sudah bilang, tidak ada yang bisa disedekahkan!”
“Sedekahkan saja motornya. Kalau tidak motor, barang apa saja yang lain!”
“Jangan, Ustadz. Saya masih sayang motor ini. Susah lagi belinya. Tabungan juga nggak ada. Emas juga nggak punya.”
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya terus berpikir keras untuk mencari solusinya. Kalau dia hanya memperbaiki shalatnya saja, tapi sedekah tidak dilaksanakan, maka keajaiban akan lama muncul. Demikianlah, menurut ilmu yang saya peroleh. Namun tentu saja, lain cerita ceritanya jika Allah berkehendak lain.
“Pak, kalau saya tunjukkan bahwa sebenarnya Bapak bisa sedekah, bahkan besar jumlah sedekah yang bisa dikeluarkan, Bapak mau percaya, nggak?” ujar saya kemudian.
Si sekuriti mengangguk.
“Oke, kalau sudah saya tunjukkan, mau melaksanakannya?”
Sekuriti ini mengangguk lagi. “Selama saya bisa, saya akan laksanakan,” katanya mantap.
“Gajian bulan depan masih ada nggak?”
“Masih. Kan belum bisa diambil?”
“Bisa! Dicoba dulu!”
“Nanti bulan depan saya hidup gimana?”
“Yakin nggak sama Allah?”
“Yakin.”
“Nah, kalau yakin, titik. Jangan koma. Jangan pakai kalau.”
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon guna bersedekah sebisa mungkin. Tapi saya jelaskan kepada sekuriti agar diusahakan menyedekahkan semua gajinya. Hal itu agar jumlah sedekah betul-betul signifikan. Dengan demikian, perubahan yang akan terjadi juga betul-betul dirasakan. Dia berjanji akan membenahi mati-matian shalatnya. Termasuk dia akan laksanakan semaksimal mungkin shalat taubat, hajat, dhuha, dan tahajjud. Dia juga berjanji untuk rajin mengisi waktu senggang dengan membaca Alquran..
Tampaknya, si sekuriti itu sudah lama tidak berlari kepada Allah. Shalat Jum’at saja menunggu qomat. Wah, susah juga. Keadaan seperti justru ia anggap sebagai sesuatu yang wajar. Hal itu karena tugasnya sebagai sekuriti. Toh, tugas yang dilakukannya ia anggap sebagai ibadah. Itulah barangkali yang telah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi seorang sekuriti sekian tahun. Padahal dia Sarjana Akuntansi! Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantas saja dia merasa bosan dengan posisinya sebagai sekuriti. Tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tapi demikianlah hidup. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Mungkin yang penting bagi dia saat itu adalah memperoleh pekerjaan dan mendapat gaji.
Bagi saya sendiri, tidak masalah memiliki banyak keinginan. Asal keinginan itu sesuatu yang diperbolehkan dan masih dalam batas-batas wajar. Juga tidak masalah memimpikan sesuatu yang belum tercapai. Asal hal itu dibarengkan dengan peningkatan ibadah kita. Sebagaimana realitas sosial sekarang ini, meskipun harga barang-barang melejit naik, kita tidak perlu khawatir. Ancam saja diri kita sendiri agar mau meningkatkan ibadah-ibadah kita. Jangan malah berleha-leha karena akan membuat hidup kita justru tergilas dengan tingginya harga barang-barang.
***
Sekuriti ini kemudian menemui atasannya guna meminjam uang. Ketika ditanya oleh sang atasan untuk apa, dia hanya nyengir tidak menjawab. Tapi ketika ditanya jumlah yang mau dipinjam, ia pun menjawab, “Semuanya! 1,7 juta. Utuh sejumlah gaji yang biasa diterima.”
“Tidak bisa!” kata komandannya.
“Tolonglah, Pak,” jawab sekuriti memelas, “Saya kan belum pernah kasbon. Tidak pernah berani. Baru kali ini saya berani.”
Sang komandan terus mengejar alasan si sekuriti berhutang. Akhirnya, ia pun menceritakan pertemuannya dengan saya. Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk bertemu langsung dengan owner SPBU ini. Menurut sang komandan, permohonan bon lewat jalur formal susah dikabulkan. Kalau pun dikabulkan, paling hanya sejumlah 30% dari total jumlah gaji. Itu juga belum tentu bisa dicairkan dalam waktu cepat.
Di luar dugaan, sang owner justru menyetujui permohonan bon si sekuriti. Persetujuan itu juga karena dibantu sang komandan yang ikut merayu.
“Katanya, buat sedekah, Pak,” jelas sang komandan kepada sang big boss.
Subhaanallaah! Semua orang di pom bensin itu mengetahui perubahan yang terjadi. Kisah sang sekuriti yang bertemu dengan saya serta kisah perjuangannya bersama sang komandan untuk meminjam uang, menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan the end story-nya. Termasuk dinanti oleh sang pemilik pom bensin.
“Kita coba lihat, berubah nggak tuh nasib si sekuriti,” begitulah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa ia i ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari, sekuriti ini diperhatikan oleh kawan-kawannya. Ia kini rajin sekali shalat. Selalu tepat waktu. Ibadah-ibadah sunah juga lumayan istiqamah. Mengetahui hal itu, sang bos pun senang, sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti tidak mengurangi kedisiplinan kerja. Raut mukanya justru selalu tampak cerah. Keceriaan sang sekuriti itu karena, menurutnya, ia sedang menunggu janji Allah. Dan dia yakin, janji Allah pasti datang. Demikian ia jelaskan kepada teman-temannya yang meledek dirinya. Mereka mau ikut rajin shalat dan sedekah jika ia memang berhasil dengan “eksperimen gila”-nya itu.
Saya tertawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya justru suka tantangan yang demikian. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali Allah akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Hal itu agar sang sekuriti benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum memiliki iman. Saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari sang bos berkata, “Kita lihat saja dia. Kalau dia tidak mengambil kasbon, berarti dia berhasil. Tapi kalau dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa menyedekahkan gaji bulan depan, kalau kemudian ia mengambil kasbon lagi. Percuma!”
Tapi subhaanallah! Sampai akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini tidak mengambil kasbon. Berhasilkah? Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini tidak melihat motor besarnya lagi. Jadi, ia tidak mengambil kasbon karena ia masih memiliki uang dari hasil jual motor, bukan dari keajaiban mendekati Allah. Hingga akhirnya ketika sang sekuriti bertemu dengan si boss, ia pun ditanya tentang sesuatu yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya sendiri.
“Benar nih, nggak kasbon? Udah akhir bulan, lho. Yang lain bakal menerima gaji. Sedang gaji Bapak kan sudah diambil bulan kemarin,” kata si boss serius.
Kepada saya, sekuriti ini mengatakan bahwa ia memang sudah siap-siap mau kasbon kalau sampai pertengahan bulan ini tidak ada tanda-tanda keberhasilan. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar membikin orang tercengang! Apa pasal? Hal itu karena ternyata betul-betul terjadi keajaiban setelah ia membenahi shalatnya dan memberikan sedekah dengan jumlah besar yang belum pernah ia lakukan seumur hidup! Mempertaruhkan hidupnya dengan menyedekahkan semua gaji bulan depannya. Semuanya tanpa tersisa!
Keajaiban itu berawal ketika di kampung halaman si sekuriti terjadi transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya tidak terlibat secara fisik. Ia sekedar menjadi mediator lewat SMS ke pembeli dan penjual. Dari transaksi inilah, Allah mengganti sedekah yang ia keluarkan dari gajinya sebesar Rp 1,7 juta menjadi 10 kali lipat. Bahkan lebih!
Allah memberinya karunia berupa komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar Rp 17,5 juta! Dan hal itu terjadi begitu cepat. Kejadian itu terjadi masih dalam bulan yang sama, belum berganti bulan. Sadar betapa besarnya anugerah Allah, akhirnya dia malu sendiri kepada Allah. Motor yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya digunakan untuk sedekah. Uang hasil penjualan motor dia gunakan untuk membiayai keberangkatan haji ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih hidup. Subhaanallaah!
Sayang sekali, uang hasil penjualan motor itu tetap tidak cukup untuk menutupi ongkos haji. Karena dijual cepat, harga motornya tidak sampai Rp 13 juta. Akhirnya, ia tambahkan sendiri sebesar Rp 12 juta yang berasal dari uangnya sendiri yang ia peroleh dari komisi penjualan tanah. Dengan demikian, sang ibu memiliki uang sebesar Rp 25 juta. Jumlah itu sudah cukup untuk daftar naik haji. Tambahan ongkos yang lain berasal dari simpanan ibunya sendiri.
Masih menurut cerita si sekuriti, ia merasa aman dengan uang Rp 5 juta, sisa dari komisi transaksi tanah itu. Dan dia merasa tidak memerlukan motor lagi. Dengan uang ini, ia aman dan tidak perlu kasbon.
Tak ayal, sang bos pun berdecak kagum. Dia lalu kumpulkan semua karyawannya dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini. Apakah cukup sampai di situ perubahan yang terjadi pada diri si sekuriti?
Tidak! Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staf keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah! Berubah, berubah, berubah! Saudara-saudaraku sekalian. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan!
Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini diterapkan olehnya dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya. Subhaanallaah, masya Allah. Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia.
Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar. Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisakah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta Kuliah Online saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini.
Sebagian memilih diam saja, dan sebagian lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh.
Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublikasikan, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh. Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita lari kencang menuju Allah. Ngebut meraih rahmat-Nya.
Bagi mereka yang merasa banyak dosa, tak perlu terus-terusan meratapi dosa. Kejar saja ampunan Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh. Persis seperti yang tulisan-tulisan sebelumnya, ungkapan itulah yang dijadikan penutup esai ini.
http://racheedus.wordpress.com/2009/02/10/dialog-ustaz-yusuf-mansur-dan-sekuriti-pom-bensin/

MENUNDA DUNIA UNTUK ALLAH

UST. YUSUF MANSYUR

Bagi  saya,  persoalan  shalat  adalah  persoalan  tauhid. Sebab tauhid kan sederhananya: Mengenal Allah.  Lalu  bagaimana  kualitas shalat kita, sebagaimana itulah kita bertauhid kepadanya. Memang ada urusan lain di urusan shalat, tapi semua bermula dari sini... Dari shalat...                   
                                               
  Permohonan  maaf  kepada para peserta sebab kemaren sempat kosong tidak ada materi. Alhamdulillah pagi ini kita ketemu lagi. Insya Allah pembahasannya masih seputar shalat. Sebab buat saya, urusan shalat itulah urusan tauhid.             

  Kemaren  pagi  jam  11 saya nemanin istri saya check-up kami punya baby di rumah sakit. Diberitahu bahwa  dokternya  hanya sampe jam 13 saja. Alhamdulillah, urusan shalat nomor satu. Saya mengincar pom bensin di menjelang Mal Puri. Di sana ada tempat shalat yang bersih. Saya belajar seperti ini. Dan  saya  menyuarakan  agar  sebanyak-banyaknya  orang juga begini. Betul-betul waspada di urusan shalat. Dan alhamdulillah malah nyampe jam 12.40-an. Masih belum terlambat.                                                                                                             
  Nah,  kadang  suka  timbul pikiran begini, shalat di sana saja dah. Takutnya telat. Ntar dokternya malah  pergi lagi. Akhirnya malah kadang terlambat semua mua. Datangnya juga terlambat. Dan sering juga akhirnya shalat di akhir waktu. Saya menikmati benar mendahulukan Allah ini. Saya yakin, yang punya  jalan adalah Allah. Sehingga kalau mendahulukan Allah, niscaya jalanan akan dibuat lenggang oleh Allah Pemilik Jalan.                                                                         
  Begitulah  Saudara-saudaraku,  peserta  Kuliah Online. Percuma juga kita bicara Allah bila kemudian urusan  shalat  kita  berantakan.  Persoalan  shalat sebenernya dijadikan Kuliah Dasar tersendiri.
  Namun,  karena  bagi  saya  ini  persoalan  yang mendasar, maka ia dijadikan sebagai bahagian dari Kuliah Tauhid.                                                                                           
  Kalau  dilihat  perilaku  manusia-manusia di Indonesia ini, memang bertuhan namun sebenernya masih perlu dipertanyakan lagi ketuhanannya. Sebab seperti ga kenal sama Allah. Contoh, di dalam pesta perkawinan, wuh, soal shalat, kayak ga ketemu shalat tepat waktu di sini, kecuali segelintir saja.

  Di  mall,  di  perkantoran,  di gedung-gedung, sedikit sekali yang betul-betul memerhatikan shalat sebagai cerminan bertauhid yang benar.

  Ok,  sebagai  kelanjutan bicara-bicara ini, mari kita lanjutkan pembahasan seputar shalat. Selamat menikmati  esai-esai  pendek.  Saya pilih juga cara penyajian dengan esai-esai pendek agar peserta mudah  mempelajari  dan  memahami.  Juga  mudah  mendistribusikan  lagi  kepada  yang lain sebagai perpanjangan dakwah saya dan kawan-kawan. Amin.                                                                           
  Robbija ‘alnii muqiimash sholaah wa min dzurriyyatii, ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak keturunanku sebagai orang-orang yang menegakkan shalat…                                         
                                                                                                   

  Ada hadiah dari Allah buat siapa saja yang mementingkan diri-Nya.

   Si A, membawa surat interview.

  Dia ini orang yang terbiasa tepat waktu. Ia gelisah. Sebab di surat interview itu, ia dipanggil jam 11.00. Jam yang rawan bagi dia.
 
  Rawan apaan?     

  Rawan untuk tidak bisa mempersiapkan diri shalat tepat waktu. Subhaanallaah! Padahal jam 11 kan masih jauh? Masih 1 jam menuju waktu shalat.  Iya.  Itu  kalo  dia  prediksi wawancara bisa berlangsung tepat waktu. Bagaimana kalau pewawancara telat.  Atau  ia datang di urutan wawancara nomor ke sekian? Atau wawancara akan masih berlangsung  sedang waktu shalat sudah menjelang. Lihat ya, baru "sudah menjelang", bukan sudah datang.  Pikiran ini betul-betul mengganggu si A ini.                               

   Tapi karena dia butuh pekerjaan, kemudian dia tetap memutuskan untuk datang. Jam 11 kurang dia sudah sampai. Dia catatkan namanya untuk interview. Ternyata hanya dia seorang.  Aman nih.                                                                                         
  Tapi  apa  yang  terjadi?  Ternyata si penginterview dipanggil oleh direksi. Sampe jam 11.30-an ga  kunjung  ada kejelasan apakah wawancara bisa dilaksanakan atau tidak, atau di jam berapa wawancara  bisa dilaksanakan.

   Di mata si A ini, pertanyaan itu jelas ia jawab, atau bahasa lainnya, jawabannya jelas: Batal.     
Betul: Batal.                             

   Dia  memilih  tidak  wawancara  bila  wawancara  itu  dilakukan  di  jam 12 lalu mengganggu jadual  shalatnya. Masya Allah.                                                                           
"Mbak,  saya  izin  dulu  ya.  Nanti  saya  balik  lagi.  Saya  titip tas di sini," katanya kepada  resepsionis.
“Bawa aja tas nya. Emangnya mau kemana? Bapak sebentar lagi barangkali datang."                   
"Mau shalat dulu."               
                                                               
"Oh? Silahkan? Nanti saya beritahu Bapak."                                                         
  Alhamdulillah,  pikir  si A. Kirain akan dimarahin. Ini malah dipersilahkan dan akan dibantu untuk  memberitahukan ke pewawancara. Alhamdulillah.           

***                                                                                               
   Sesampenya  si  A  di  ruang  mushalla, belum ada orang. Sebab baru jam 11.50. saat itu, zuhur jam 12.08. 

  Kira-kira  jam 12-an lewat, tapi belum datang saatnya azan, datang seorang bapak. Bersih wajahnya.  Berseri.  Bapak  ini  sudah  datang  dalam  keadaan  berwudhu.  Ditemani  oleh  dua  orang lagi di sebelahnya.  Juga dalam keadaan sudah berwudhu nampaknya. Sebab si A tidak melihat ada tanda-tanda bekas air wudhu baru.   

"Mas, bukan pegawai sini ya?" tanya salah satu dari yang tiga orang tersebut.                     
"Iya Pak"                                           
"Eh, kemana yang azan? Koq belum azan nih?" cetus lagi yang satu, sambil melihat jam.             
"Saya saja Pak yang azan," kata si A. 

  Dalam  keadaan  rapih baju dan celananya, dan dalam keadaan wangi, si A, azan. Ada rasa kebanggaan  di hatinya, bahwa dia bisa mengalahkan interview untuk dapat azan dan shalat zuhur berjamaah.  Berdirilah  yang tiga orang tersebut, sambil menunggu azan selesai. Seolah-olah mereka mendampingi  si A ber-azan. 

   Selepas  azan,  si  A  tidak  sempat lagi bicara-bicara dengan tiga orang tersebut. Sebab mushalla sudah keburu ramai.                                                       
   Hanya,  selepas  shalat ba'diyah, pundaknya ditepuk oleh salah satu dari yang tiga. "Mas yang akan  diwawancara oleh saya ya?"                                 

   Kagetlah si A. Rupanya ia bersama-sama sang pewawancara. Satu shaf.
                 
"Yang ngimamin shalat itu, Dirut kita," katanya datar. "Kita tunggu beliau selesai shalat sunnah."

  Singkat  cerita,  malah  si  A itu diajak makan siang bersama. Dua dari yang tiga, adalah direksi. Sedang yang mewawancara pun nampaknya memiliki jabatan yang cukup tinggi di kantor tersebut. Sungguh beruntung si A. Ia jaga shalatnya, malah Allah dudukkan dia dalam posisi yang sangat mulia. Bagaimana lalu dengan awawancaranya? Ya sudah tidak perlu diwawancara kali. Pertemuan di mushalla, dan azannya si A, sudah menyelesaikan wawancara. Alhamdulillah,
Subhaanallaah.                     
     
  Para  Peserta  Kuliah  Online  yang  budiman, kalau kita hidup dalam aturan Allah, maka Allah akan  mengaturkan  hal-hal  yang  terbaik  buat  kita.  Allah Maha Mengendalikan dunia ini, dan DIA Maha  Mengetahui apa yang akan terjadi. Pintu rizki pun di tangan-Nya. Bukan di tangan siapa-siapa.     
                       
***                                                           
                                   
Memberi Jam yang Terbaik.
Allah begitu baik sama kita.  Sedangkan kita??                                                                                           
  Judul  di  atas  bukan  bermaksud  memberi  hadiah  jam tangan. Bukan. Maksudnya, memberikan waktu terbaik kita buat Allah. Tidak mudah loh menerapkan hal ini. Makanya, mintalah bantuan, bimbingan, dan pertolongan Allah, agar bisa memberikan kepada Allah, waktu terbaik untuk-Nya. Jadilah  orang  yang  berbahagia,  di  mana ketika orang sedang sibuk-sibuknya, kita bisa memotong menghadiahkan  waktu  yang  berharga  yang kita miliki, buat Allah. Bukankah sejatinya semua punya Allah? 

Berikut ini kira-kira waktu terbaik kita: 
1.    Waktu  istirahat kita di pertengahan malam, di dua pertiga malam, dan atau di sepertiga malam.

Untuk  bangun  malam. 
Untuk  ruku' dan sujud, memuji Allah dan memohon pertolongan- Nya.
Memohon bimbingan-Nya  agar  kita  tidak  kelelahan  dalam  menjalani  hidup  ini. 
Agar anak-anak menjadi anak-anak  yang  saleh  salehah.
Agar orang-orang tua kita panjang umur, sehat dan diampuni Allah.
Dan  masih  banyak  lagi  lah.  Wuah, ini berat.
Tidak sedikit yang tidak mampu mengorbankan waktu tidurnya. 
Karena lelahnya mencari dunia, kita lalu tidak bisa bangun malam. Atau karena banyaknya dunia  yang  di  tangan  kita,  kita  lalu berat untuk bangun malam.
Suasana pun barangkali sedang nyaman, tidak sedang bermasalah. 

2.    Waktu  pagi.  Ketika  manusia  langsung  ngebut  dengan  pekerjaannya, dengan usahanya, dengan kesibukannya, kita  korbankan  dulu barang sedikit untuk menegakkan shalat dhuha. Dan sebelumnya, ketika  manusia  langsung  berburu  dunia,  kita malah tahan dulu barang sebentar untuk menegakkan shalat  shubuh.  Subhaanallaah.  Kalau  bisa  shalat  shubuhnya  di masjid. Masya Allah. Kita ajak anak-anak dan istri. 

3.     Jam   zuhur.  Jam  sibuk-sibuknya.  Traffic  lagi  tinggi-tingginya.  Ketika  pelanggan  lagi banyak-banyaknya,  kita  ridho  meninggalkannya  demi  Yang  Memiliki  diri  kita  dengan  seluruh pemberian-Nya.  Ga  usah  khawatir  degan  berkurangnya perniagaan. Lihat saja Mekkah dan madinah. 
Ketika jam shalat, mereka tutup. Akhirnya apa? Allah malah memberikan international buyer, pembeli  internasional. Bukan sekedar local buyer.

4.   Jam  ashar.  Jam ngantuk. Kita segarkan diri kita, dengan air wudhu. Kita segarkan batin kita, jiwa  kita,  raga  kita,  dengan shalat ashar. Sungguh banyak kemuliaan bacaan-bacaan habis ashar.  Insya Allah akan saya banyak tulis di website.

5.   Jam  macet.  Jam  pulang.  Banyak manusia yang terjebak di kemacetan, karena berburu pulang cepat.
Akhirnya  tetap  saja  kemaleman  karena memang macet. Kalau memang macet-macet juga, kenapa tidak kita  tunggu  saja sampe maghrib usai. Atau syukur-syukur kita sekalian selesaikan isya, baru kita pulang. Kalau tetap khawatir, misalkan pulang jam 5, maka jam 18 mampir ke masjid. Jalan lagi usai maghrib.  Lalu,  mampir  lagi  jelang isya. Dan jalan lagi setelah shalat isya. Repot memang. Tapi insya  Allah  yang begini ini yang kelak akan Allah istimewakan. Manusia mau lelah, mau cape. Tapi kali  ini  cape  dan  lelahnya,  buat  Allah.  Bukan seperti selama ini yang untuk dunianya, untuk perutnya, untuk keseombongannya, untuk hawa nafsunya.
Subhaanallaah. 

***                                                                                               
Habis, Kita Digaji Beliau Sih...
         
Kita tidak pernah tahu dengan sungguh-sungguh darimana rizki kita berasal. Barangkali, karena itulah kita jarang mengistimewakan Allah.   
                                                         
"Pak  Helmy,  ke ruang saya ya?", perintah bos besar, datar. Tanpa ada nada suruh cepat-cepat, dan  tidak ada juga perintah untuk bersegera. Perintahnya bener-bener datar.
   Bos  besar  ngangkat telpon, dan menekan shortcut number yang tersambung ke ruangan Pak Helmy, dan  lalu bicara begitu: "Pak Helmy, ke ruang saya ya?".
                                   
   Itupun  dilakukan  si bos besar ini tanpa menunggu jawaban dari Pak Helmy, apakah bisa atau tidak. Dan  bos  besar  pun  tidak  tahu  juga barangkali siapa yang ngangkat telpon di ruangan Pak Helmy tersebut. Apakah benar Pak Helmy, atau bukan?
 
  Dalam  kehidupan  sehari-hari,  kalau  kita  jadi  Pak  Helmy,  maka kita wajibkan diri kita untuk menyegerakan  diri  ke  ruangan bos besar. Kita  lalu merapihkan diri, dan bahkan seperti sudah menebak  apa  kemauan  bos besar, kita ke ruangannya membawa data-data yang barangkali diperlukan, supaya bos besar senang.                                                                         
   Kalau  kita  jadi  Pak  Helmy, umpama ternyata sekretaris ruangan Pak Helmy yang mengangkat telpon  itu,  lalu  kemudian  si  sekretaris ruangan itu lupa menyampaikan bahwa bos besar memanggil, maka  marahlah  Pak  Helmy, dan bersegeralah dia meminta maaf kepada bos besar seraya menyampaikan bahwa  dia salah.
 
   Kalau  kita  ditegor  orang,  "Duuuh, segitunya kalo dipanggil bos?". Maka kita akan menjawab, "Ya  wajarlah. Sebab dia kan bos nya saya. Dia yang menggaji saya. Saya bekerja di perusahaan ini sebab kebaikan dia".                             

   Luar biasa. Begitu hebatnya "tauhid" kita kepada bos besar tersebut.

   Lalu,  bagaimana dengan panggilan Allah? Bagaimana keadaan hati kita? Bagaimana keadaan diri kita? Bagaimana  penampilan  kita?  Bagaimana  sikap kita? Silahkan jawab sendiri. Masing-masing. Dengan jawaban yang paling jujur dari sikap dan perilaku kita selama ini.     

 Semoga Allah menyayangi kita semua.
http://forum.dudung.net/index.php?topic=15404.0

Rabu, 02 November 2011

wisatahati.com

Matematika Dasar Sedekah 1
Buat Saudara yang ikut KuliahOnline di wisatahati.com, dan sudah mengikuti Kuliah Dasar Tauhid, pembahasan ini sudah ga asing. Juga buat Saudara yang mengikuti Kuliah 100 Kasus Sedekah, pembahasan ini pun sudah ga asing. Apalagi buat Saudara yang rajin mengikuti tayangan wisatahati sejak dari MNC dulu (Nikmatnya Sedekah), hingga sekarang ini, di ANTV. Insya Allah sudah ga asing lagi dah.
Hanya kali ini, saya buat seri kuliah sedekah untuk social media, baik lewat Twitter, BB, FB, dan media-media jejaring lainnya. Dan saya masukkan ke dalam kuliah inspirasi dan motivasi untuk beberapa seri ke depannya. Apa tujuannya dibuat seri ini? Saya berharap Saudara mau mengajarkan sedekah ini kepada yang lain. Saudara pahami, dan Saudara ajarkan kepada yang lain. Juga tentu saja, supaya semakin semangat berbagi, dan paham seluk beluk sedekah.
Ok, kita mulai dari pembahasan paling jadul, he he he.
Apa yang Saudara lihat dari matematika di bawah ini?
10-1     = 19
10-2     = 28
10-3     = 37
10-4     = 46
10-5     = 55
10-6     = 64
10-7     = 73
10-8     = 82
10-9     = 91
10-10   = 100
Bukannya 10 dikurang 2 itu 8?
Bukan. Lihat angka-angka di atas.
Berapa?
10 dikurang 1 itu 19, dan 10 dikurang 2 itu 28.
Koq?
Semakin dikurangi, semakin gede bilangan hasilnya ya?
Ya, sebab itu bukan matematika manusia. Itu Matematika Allah. Matematika Sedekah. Matematika pertambahan. Sedangkan kalau matematika manusia, matematikanya matematika pengurangan. Sehingga pertanyaannya ketika kita bersedekah mengeluarkan harta kita adalah: Tinggal berapa? Bukan jadi berapa. Dihitungnya sedekah sebagai pengeluaran. Bukan sebagai investasi.
Menurut matematika manusia, tinggal 9  jika kita memberi 1 dari 10 yang kita punya. Tapi kalau matematika sedekah, pertanyaannya adalah: Jadi berapa jika kita sedekah 1 dari 10 yang kita punya? Maka jawabannya: Jadi 19. Tidak ada itu pengurangan. Yang ada adalah penambahan, pelipatan.
Ya, saya sebut juga matematika pelipatan. Sebab Allah memang memberi penggantian lebih kepada mereka yang mau bersedekah. 2x lipat, 10x lipat, 700x lipat, hingga bilangan pelipat yang tak terbatas dari Allah.
Hitung-hitungan matematika di atas memakai bilangan pengembalian dari Allah 10x lipat (Baca Qs. 6: 160). Kalau pake bilangan pengali 700x lipat? Jumlahnya akan wow! Amazing! Luar biasa! 10-1 = 709! (Baca Qs. 2: 261).
Lihat tabel berikut ini:
10-1     = 709
10-2     = 1408
10-3     = 2107
10-4     = 2806
10-5     = 3505
10-6     = 4204
10-7     = 4903
10-8     = 5602
10-9     = 6301
10-10   = 7000
Lihat? Punya 10, disedekahkan 10-10 nya, malah jadi 7000! Pembahasan ini ketemu pembahasan menariknya saat membahas sedekkah dan rizki, sedekah dan gaji, sedekah dan usaha, sedekah dan bisnis.
Lihat cuplikan implementasi berikut ya:
Gaji`                  : Rp. 1.000.000,-
Sedekah            : Rp. 1.000.000,-
Hasil 10x lipat   : Rp. 10.000.000,-
Hasil 700x lipat : Rp. 700.000.000,-
Tidak salah jika para guru, para orang tua, mengajarkan sedekah. Supaya berlipat-lipat lagi rizki buat kita.
Itu belum bicara BONUS++ berupa ampunan Allah, kasih sayang Allah, ridho Allah, surganya Allah.
Belum.
Ini baru gigi 1. Begitu saya bilang kalo bicara tentang matematika ini. Baru bicara matematika sedekah.
Belum bicara juga konversian balasan sedekah berupa jawaban Allah bagi hajat dan masalah kita: Anak keturunan, jodoh, keluarga, pekerjaan, karir, keuangan, kesehatan dan soal-soal lain.
Kita pun belum bicara tentang sedekah dan doa, sedekah dan keikhlasan, sedekah dan kesabaran, sedekah dan baik sangka, sedekah dan tawakkal, sedekah dan istiqomah, sedekah dan ibadah, sedekah dan kesehatan, sedekah dan umur panjang, sedekah dan surga, sedekah dan neraka, sedekah dan cinta Allah, sedekah dan cinta Rasul. Belum. Baru bicara matematika dasar sedekah. Matematika dasar pun akan dibahas beberapa seri ke depan. Insya Allah.
Menarik sekali membahas mengapa sedekah koq ga dibalas? Boleh ga sedekah dengan mengharapkan sesuatu balasan? Boleh ga sedekah ke orang tua sendiri, atau ke keluarga sendiri? Boleh ga sedekah sementara kita punya hutang? Apakah sedekah bisa bener-bener mendatangkan jodoh, anak, pekerjaan, rumah, mobil? Kapan sedekah bisa cepet dibalas Allah? Kapan sedekah malah ditolak Allah? Bagaimana sedekah yang benar itu? Gimana pula memperbesar pahala sedekah? Bisa kah orang miskin bersedekah seperti orang kaya? Bisakah seorang yang tidak punya, membangun masjid? Membangun sekolah dan pesantren? Apa yang tidak bisa ditembus dengan sedekah?
Di buku saya atas izin Allah, Introduction to the miracle (miracle of giving), pertanyaan-pertanyaan ini saya jawab melalui KuliahOnline. Dan sekarang saya berbagi dengan Saudara melalui seri Kuliah Inspirasi dan Motivasi Wisatahati. Mudah-mudahan dapat izin dan ridha-Nya.
Oh ya, mulai seri ke-3 nanti, atau pembahasan matematika dasar sedekah 2 dst., seri ini saya tulis saban minggu malam saja ya. Saban minggu malam jam 20.00, insya Allah Saudara bisa mendownload tulisan ini atau sekedar berbagi dengan yang lain.
Sampe ketemu di pembahasan berikutnya.
Untuk yang mau ikut pembahasan bismillaah dan a’uudzu billaah, sampe ketemu di Pesantren Daarul Qur’an. infonya, silahkan baca ulang tulisan sebelumnya, yang judulnya: Ada yang ga suka sama saya. Ada di sana.
Makasih ya.
Salam, Yusuf Mansur - www.wisatahati.com.
 
[ Kuliah Inspirasi dan Motivasi terdahulu ]

Ada Yang Ga Suka Sama Saya…
Ada Yang Ga Suka Sama Kita-Kita…


Assalaamu’alaikum semua… Semoga semuanya dalam keadaan sehat, gembira, senang hati, baik dalam keadaan banyak anugerah, maupun dalam keadaan banyak masalah. Dua-duanya dari Allah. Saat senang jangan kelewat senang hati, sampe lupa. Saat susah, jangan ampe ancur hati, sampe putus asa. Di keadaan dua-duanya ada Allah. Mukmin sejati percaya, semua adalah Kehendak Allah. Jangan sampai membuat jauh dari Allah, lalai dari Allah, dan lupa sama Allah. Malah semoga semua tambah semangat untuk tambah dekat dengan Allah, tambah ingat Allah.
Beberapa waktu yang lalu, saya kirim di twitter @yusuf_mansur dan lewat fesbuk yusuf mansur, ga pake y, he he he, bahwa ada yang ga suka sama saya… ada yang ga suka sama kita-kita…
Kontan kawan-kawan semua berkomentar. Ada yang nanya? Siapa yang engga suka Tadz? Ada juga yang tidak sedikit menasihati saya. Alhamdulillah. Katanya, jangan mengadu sama manusia Tadz!
He he he, padahal itu kalimat pancingan. Kalimat pembuka. Memang dimaksudkan supaya ada pertanyaan balik.
Yang ga suka sama kita adalah syetan.
Syetan mana suka sama kita.
Sama nenek moyang kita, Adam ‘alaihish-sholaatu wassalaam, ketidaksukaan syetan berawal. Lalu kemudian syetan bersumpah menjadikan kita-kita ini musuh abadinya dia pada.
Ga apa-apa. Syetan memang “dijadikan” oleh Allah musuh bersama yang abadi. Supaya kita kuat. Kenyataannya, kalau ga ada musuh, kita jadi berantem sendiri, he he he. Kalau ada musuh, baru deh kita ramai-ramai bersatu. Ntar pas musuhnya pergi, kita-kita ribut lagi, hua ha ha ha.
Selengkap-lengkapnya atas izin Allah saya ada library penjelasan tentang bismillaahirrahmaanirrahiim dan a’uudzu billaahi minasy-syathaanirrajiim. He he, terbalik ya tulisannya? Harusnya a’uudzu dulu baru bismillaah. Ga apa-apa deh. Itu rekaman waktu di MNCTV. Ketika membahas tafsir al Mu’ien. Nah, saya UNDANG ya. Tanggal 29-30 Oktober 2011. Untuk sama-sama ngaji tafsir basmallah & ta’awwudz. Saudara ga akan ketemu saya (kecuali diizinkan Allah, dan dikehendaki Allah, he he he). Ngaji tafsirnya “on movie”. Saya siapin rekamannya, dan saudara ngumpul, dan dikumpulkan. Lalu nonton bareng deh.
“Kalau begitu, minta cd nya aja ustadz? Minta dvd nya?”, begitu mungkin saudara akan bilang.
He he he, tar jadi koleksi doangan. Hadir aja. Sekalian ntar diskusi bareng ustadz-ustadz di wisatahati.
Insya Allah akan diadakan tanggal 29-30 Oktober. Mulai jam 07.30 s/d sore. Saudara yang dari luar kota silahkan menginap. Pendaftaran bisa dilakukan via sms ke: Ustadzah Ela: 08121972222. Saudara boleh datang sejak tanggal 28 malamnya. Malam sengaja dikosongkan. Supaya bisa menikmati suasana pesantren Daarul Qur’an. Pendaftaran ditutup tanggal 24 Oktober 2011 jam 17. Bawa keluarga. Enak. Bisa sambil plesir hati. Namanya juga wisatahati kan? Di Pesantren ada Syeikh Muhammad. Bisa minta doa sama beliau, sambil cek tilawah. Cek bacaan al Qur’an. Insya Allah.
(+) Loh loh loh, ini nulis apa promo…?
(-) Emangnya ga boleh ya promo…? Lagian kan yang dipromoin adalah yang baik. Biar pada paham makna basmallah dan ta’awwudz. Makna bismillaah dan a’uudzubillaah.
(+) Iya. Tapi pembahasannya mana…? Pembahasan tentang siapa yang ga suka sama Situ dan kita…?
(-) He he he, iya. Ok, saya bahas. Silahkan langsung sms deh. Reservasi. Pesan tempat. Biayanya 200rb u/ materinya. Untuk penginapannya 200rb per orang. Untuk makan, 6x makan, plus 2x coffee break: 100rb. Jadi per orang 500rb.
(+) Weeeehhh promosi laaaagiiii…
(-) Udah tangggguuuuuuuunnnngggg he he he…
(+) Muahal amat seh…???
(-) Kalo ga ada duit, ya ga usah bayar. Datang aja. Susah amat. Tinggal datang. Terbuka. Kalo ada duit, ya bayar. Simpel kan?
(+) Tapi kan malu…
(-) Yeee… Ga usah malu. Baru malu tuh kalo ngaku ga ada duit, tapi datangnya bawa CRV, he he he.
(+) Bisa aja pinjeman itu CRV.
(-) Ya ajak aja sekalian yang punya CRV. Sekalian bayarin, ho ho ho ho…
(+) Masih kredit kali…
(-) Laaaahh… Ya udah, saya mau kasih dulu pembahasan sedikit.
(+) Tar dulu…!!!
(-) Apaan lagi…?
(+) Itu 500rb seorang. Kalo sekeluarga?
(-) Berapa orang sekeluarganya?
(+) 6 orang.
(-) 3jt.
(+) Ye… Itu mah ga ada diskon dong…?
(-) Emangnye departemen setor… Ada diskon…?
(+) Departemen Store. Bukan Setor.
(-) Biarin. Ga ada diskon. Bawa anak-anak dah. Tar anak-anaknya biar diikutsertakan program yang lain. Untuk anak-anak, ada KACA. Komunitas anak cinta al Qur’an. Wirda cs yang ngelola. Putri saya. Dateng dah sama anak-anak. Tar anak-anak kite bedain.  Anak-anak akan belajar fun tentang tahfidz, dan akhlak. Insya Allah mudah-mudahan anak-anak Saudara akan ketularan mau ngafal dan berakhlak yang baik.
(+) Biayanya sama?
(-) Sama. Sama-sama 500rb. Programnya sebenernya 200rb untuk 2hr. Hanya kan ada biaya nginep. Wajar aja kali. Lagian masuk jadi dana pesantren koq. Ikhlasin aja, he he he. Selebihnya biaya untuk makan situ sendiri sama keluarga. Dihitungnya 1rb per porsi per sekali makan. Makannya 6x. Plus Coffee Break 2x.
(+) Iya deh.
(-) Ngapain Situ nyelang-nyelang tulisan saya? Bukannya Situ adalah Yusuf Mansur juga? Masa Yusuf Mansur nanya sama Yusuf Mansur juga?
(+) Biarin. Sekalian ngasih tahu kawan-kawan yang beloman ikut KuliahOnline. Begini nih belajar KuliahOnline.

Syetan itu ga suka sama kita.
Ga suka gimana?
Ga suka kita shalat dhuha.
Ada aja urusannya. Hingga kemudian terlewatkan lah kita dari dhuha di pagi hari. Iya kalo kita kemudian masih hidup besok pagi. Masih bisa dhuha untuk terakhir kalinya kalo nyawa diambil besoknya. Lah kalo nyawa diambilnya ni ari? Sedang paginya ga dhuha? Duh duh duh… Nyeselnya bakal minta ampun.
Dalam pembahasan tentang syetan, syetan itu bisa make ilmunya Allah. Dan emang Allah membolehkan mereka make ilmunya Allah. Sebagaimana malaikat yang bisa saja Allah wujudkan dalam wujud seorang manusia atau sekelompok manusia, dan bisa berbentuk apa saja, maka syetan pun akan bisa hadir dalam bentuknya yang berupa-rupa.
Mau dhuha, datanglah tamu.
“Ji… Ji…”
Begitu ni syetan manggil. Saat di mana kita ini baru mau wudhu buat shalat dhuha.
“Iya… Ada apa…? Siapa…”
“Gue nih…”
Dia sebutlah namanya. Nama seorang yang kita kenal, tanpa kita tahu dia itu beneran dia kawan kita, atau hanya jadi-jadian.
Lalu keluar lah kita. Nemuin dia.
“Ada apa?”
“Temenin yuk.”
“Temenin kemana?”
“Ke rumah kawan saya. Mau nawarin tanah.”
“Tanah di mana?”
Disebutlah tanah di daerah mana gitu. Tanpa juga kita tahu itu tanah bener-bener ada apa kagak. Tuh temen juga kita ga tau, bener-bener temennya, apa sekutunya aja.
Tujuannya satu: Menggagalkan kita dhuha.
Kalau kita jawab, “Masuk dulu deh. Saya mau dhuha dulu. Ini udah siap-siap wudhu.” Maka menanglah kita. Apalagi kita “pukul” itu syetan, he he he. Maaf ya, jika yang datang “teman” beneran. “Situ udah dhuha belom? Ikut sekalian.” Syetan beneran, ga bakalannya ikut. “Silahkan deh. Saya tunggu di sini.”
Saudara yang datang ke rumah kawan Saudara, lalu Saudara malah ga ikut dhuha sedang memang beloman dhuha, maka perlu dicurigai, bahwa Saudara adalah syetan! Ha ha ha. Atau setidaknya, udah kayak syetan. Betul ga? Dikasih tahu, engga mau tau. Diajak dhuha, ga mau dhuha. Kayak syetan aja.
Saudara lalu shalat. 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat.
(+) Sebentar Ustadz… Itu kan ga ngehormatin tamu…???
(-) Bisa juga dianggep begitu. Tapi izinlah dulu. Izin sekalian ngajak. Kan dialognya diajarin tadi. Sebentar ya, dhuha dulu. Mau nunggu? Gitu.
Setelah Saudara shalat, Saudara tidak melihat kawan Saudara lagi…
Dan memang Saudara tidak akan melihat dia lagi. Dia lah syetan. Yang mendatangi Saudara…

Bentuknya bermacam-macam kejadian. Bisa jadi Saudara disibukkan dengan BB, HP, IPAD, Internet, dan berkas-berkas kantor. Syetan kerjanya makin ringan. Sebab Saudara sudah dilalaikan oleh diri Saudara sendiri, pekerjaan, dunia, dan segala urusan Saudara. Bertambah-tambah ringannya kerjaan syetan, ternyata Saudara sendiri udah kayak syetan. Ga shalat shubuh! He he he. Ya boro-boro dhuha kalo begini mah.

Saudara mau baca al Qur’an. Ada aja judulnya itu halangan. Saudara ngantuk lah. Saudara kemudian begini lah begitu lah. Hingga ga jadi baca Qur’an. Sekalinya baca, sedikit sekali yang dibaca.
Kalau situasi ini terjadi, hajar tuh syetan…!!!
Ya, syetan ga suka Saudara baca al Qur’an. Ga suka.
Ada syetan yang bisa mindahin Qur’an? Bisa aja.
(+) Weeeeiiiittt… Engga bisa. Mana ada syetan mindahin Qur’an…?
(-) Weih… Galak amat seh… Syetan datang berwujud anak kecil, lalu al Qur’an Saudara, dipindahin oleh anak kecil ini. Atau ditutup dengan koran atau apa. Ingat, kemampuan syetan, adalah kemampuan yang diizinkan Allah. Saudara lalu mencari al Qur’an itu. Ga ketemu-ketemu. Sampe kesel sendiri. Mood hilang. Bila Suadara ga jadi baca al Qur’an, maka Saudara kalah.
Ingat. Syetan ga seneng Saudara baca al Qur’an. Bertambah-tambah pasukannya syetan. Datanglah telpon salah alamat, atau datang temen untuk ngobrol yang ga penting, ngobrol maksiat. Wuah…
Lalu pegimana…?
Saudara segera a’uudzu billaah. Saudara mohon perlindungan Allah akan gangguan syetan.  Saudara coba berdoa. Tidak ada yang bisa melakukan perbuatan baik, tanpa izin dan kehendak Allah. Saudara berlindung kepada Allah dan berdoa. “Ya Allah, saya ini mau baca al Qur’an. Duh, di manaaaa ini al Qur’an. Mau dibaca koq ya ga ada… a’uudzu billaahi minasy-syaithaanirrajiim bismillaahirrahmaanirraahiim…”
Jreeeeenggg…!!! Insya Allah dah kemudian ada itu al Qur’an kelihatan. Syetan akan kabur. Koran yang menutupi dibawa oleh perempuan dewasa di rumah Saudara, yang belom tentu dia adalah perempuan beneran di rumah Saudara. Bisa jadi dia adalah malaikat Allah untuk membantu Saudara menemukan al Qur’an.
Kalahlah syetan…
Menanglah Saudara…
Saudara bisa deh baca al Qur’an.
Syetan ridho tuh Saudara menang…?
Engga. Syetan mah akan menggaaaaaaangggu terus. Syetan akan menggelayuti mata Saudara, hingga Saudara menguap. Bila ini terjadi, lawan!!! Hajar itu syetan!!! Perbaharui wudhu. Melangkah langsung ke kamar mandi. Insya Allah ngibrit deh syetannya. Apalagi Saudara mau melompat-lompat 20x. Sambil zikir kecil. Insya Allah dah keringetan…!!! Ha ha ha.
Udah dulu ya. Terusin besok.
Kita masih bahas seputar basmallaah dan ta’awwudz, dengan pembahasan yang berbeda sedikit. Ngepop. He he, belagu ya? insya Allah bismillaah dan niatnya karena Allah.
Salam hormat, Yusuf Mansur. Saya mohon doa dari semua sahabat untuk acara kita di ANTV. Saban jam 5 shubuh s/d 05.30. Dari senen sampe Jum’at. Mudah-mudahan jadi acara yang berkah. Acara yang dimulai sejak 17 Oktober 2011 mudah-mudahan langgeng ya.
Berikut jadwalnya Kuliah Wisatahati di ANTV buat yang belom tahu jadwalnya:
Senen: Ungkapan Indah Nabi. Belajar hadits, sambil mengetahui makna dan menghafalnya. Lumayan, setiap minggu jadi bisa ngafal 1 hadits.
Selasa: Tahfidz&Tafsir. Membahas tips dan trik-trik ngafal Qur’an, sambil ngufas maknanya tiap-tiap ayat yang dibaca. Diharapkan selama sepekan Saudara bisa ngafal minim-minim 1-3 ayat, syukur-syukur 7 ayat.
Rabu: Problem Kita.
Kamis: Easy Islam.
Jum’at: Sedekah.
Insya Allah saban hari tayangnya, diawali dengan tasmi’ al Qur’an dulu. Saya insya Allah baca al Qur’an, sehalaman setiap per tayangnya, dan Saudara semua tinggal mengikutinya. Kalau mau rajin dikit, rekam dah bacaan saya. Mudah-mudahan bisa nemanin Saudara mengkhatamkan al Qur’an via antv. Jika Allah berkenan, mudah-mudahan dalam 2 tahun bisa selesai al Qur’an kita khatamkan lewat layar kaca antv di acara wisatahati. Aamiin.
Ok, sampe ketemu besok ya. Di materi selanjutnya. Dan makasih juga buat yang mau gabung di Ngaji Tafsir Offline tanggal 29-30 Oktober yang akan berlangsung di Pesantren Daarul Qur’an. Semoga Allah ridho. Aamiin.
Salam, Yusuf Mansur.

Serenada Biru


1
Alang-alang dan rumputan
bulan mabuk di atasnya
alang-alang dan rumputan
angin membawa bau rambutnya.

2
Mega putih
selalu berubah rupa.
Membayangkan rupa
yang datang derita.

3
Ketika hujan datang
malamnya sudah tua:
angin yang sangat garang
dinginnya tak terkira.
Aku bangkit dari tidurku
Dan menatap langit kelabu.
Wahai, janganlah angin itu
menyingkap selimut kekasihku!

Serenada Hijau


Kupacu kudaku,
Kupacu kudaku menujumu.
Bila bulan
menegurku salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan.

Menyusuri kali kenangan
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam

Kupacu kudaku.
Kupaju kudaku menujumu.
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kau jalin
rambutmu yang panjang.