Kamis, 29 Maret 2012

SERENADA PUTIH


Kesepiannya mengurung jerit hatinya.
Pandangnya yang dirahasiakan
terasa juga oleh lelaki itu.
Di jalan orang memetik gitar
cecak di tembok
dan rindu di hatinya:
bagai bayang-bayangnya yang gelap.
Ketika terdengar
bunyi lonceng tembok
lelaki itu memandangnya
Ia pun menunduk
Tergerai rambutnya
bagai malam
Gadis yang sangsi pada diri
memendam segala rasa
dalam berpura
terkunci mulutnya
Menunduk matanya
Semakin berpura
semakin panas ia
Rindunya murni
bagai permata belum diasah
bagai rahasia belum disingkapkan
Cecak berbunyi dalam kantuknya
dan bergetarlah sepi
di kamar itu
Lelaki itu menjamahnya
dan membisikkan kata-kata
dengan napas yang melemaskan
Angin menumbuki kaca jendela
Sepatu terantuk kaki meja
Maka:
dalam pelukan gemetar
pertukaran napas ganas
menemu kuncinya
Lalu:
cium pertamanya.
Kemudian:
dikatakanlah segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar