Jumat, 21 Oktober 2011

EMPAT KUMPULAN SAJAK (Rendra)

Kakawin-kawin

ROMANSA

Surat Cinta
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang ghaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah.
Wahai, dik Narti,
Aku cinta padamu!

Kutulis surat ini
Kala langit menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan dalam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
Mengibaskan ekor
Serta menggetarkan bulu-bulunya
Wahai,dik Narti,
Kupinang kau menjadi istriku

Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuh ujungnya di bumi
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke muka
Dan takkan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti,
Dengan pakaian yang anggun
Bunga-bunga serta keris keramat
Aku ingin membimbingmu ke altar
Untuk dikawinkan


Aku melamarmu
Kau tahu dari dulu:
Tiada lebih buruk
Dan tiada lebih baik
Dari yang lain…
Penyair dari kehidupan sehari-hari
Orang yang bermula dari kata
Kata yang bermula dari
Kehidupan,piker dan rasa

Semangat kehidupan yang kuat
Bagai berjuta-juta jarum  alit
Menusuki kulit langit
Kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
Mendesah dalam gerimis
Semangat cintaku yang kuat
Bagai seribu tangan ghaib
Menyebarkan seribu jaring
Menyergap hatimu
Yang selalu tersenyum kepadaku

Engkau adalah putri duyung
Tawananku.
Putrid duyung dengan
Suara merdu lembut
Bagai angin laut,
Mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
Selalu mendesah
Dengan ratapnya yang merdu

Engkau adalah putrid duyung
Tergolek lemas
Mengejap-kejapkan matanya yang indah
Dalam jaringku
Wahai, putrid duyung,
Aku menjaringmu
Aku melamarmu


Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Kerna langit
Gadis manja dan manis
Menangis minta mainan
Dua anak lelaki nakal
Bersenda gurau dalam selokan
Dan langit iri melihatnya
Wahai, dik Narti,kuingin dikau
Menjadi ibu anak-anakku!

(WS. Rendra , dari : Empat Kumpulan Sajak,hlm. 13-15)


Serenada Hijau
Kupacu kudaku,
Kupacu kudaku menujumu.
Bila bulan
menegurku salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan.

Menyusuri kali kenangan
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam

Kupacu kudaku.
Kupaju kudaku menujumu.
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kau jalin
rambutmu yang panjang.


Serenada Biru

1
Alang-alang dan rumputan
bulan mabuk di atasnya
alang-alang dan rumputan
angin membawa bau rambutnya.

2
Mega putih
selalu berubah rupa.
Membayangkan rupa
yang datang derita.

3
Ketika hujan datang
malamnya sudah tua:
angin yang sangat garang
dinginnya tak terkira.
Aku bangkit dari tidurku
Dan menatap langit kelabu.
Wahai, janganlah angin itu
menyingkap selimut kekasihku!

Episode

Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia bertanya:
“Mengapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.

Serenada Violet

Lalu terdengarlah suara
di balik semak itu
sedang bulan merah mabuk
dan angin dari selatan.
Lalu terbawa bauan sedap
bersama desahan lembut
sedang serangga bersiuran
di dalam bayangan gelap.
Tujuh pasang mata peri
terpejam di pohonan
Dengan suara-suara lembut aneh
dan bau sedap dari jauhan
datanglah fantasi malam.
Lalu terdengarlah suara
di balik semak itu
pucuk rumput bergetaran
kali mengalir tanpa sadar.
Sebuah pasangan
Telah dikawinkan bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar