Senin, 17 Oktober 2011

PUISI KAHLIL GIBRAN (1)

Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:

Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan apabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.


Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk mencantasmu.

Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi.
Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.

Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang
Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.
Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.
Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan.

Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau pahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun apabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.

Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta.

Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.

Apabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan."

Dan jangan mengira ka udapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta,apabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.

Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun apabila kau mencintai dan memerlukan kegairahan, biarlah ini menjadi kegairahanmu:

Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai, yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam.

Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;
Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih;

Istirahat di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;

Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu.

(Dari 'Sang Nabi')



KEHIDUPAN SEBUAH CINTA 

MUSIM BUNGA
Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan,
Salju telah cair dan Kehidupan telah terjaga dari lelapnya
dan kini mengembara menyusuri pegunungan dan lembah-lembah,
Mari kita ikut jejak-jejak Musim Bunga, yang melampaui
Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan
'Tuk menadah ilham dari aras ketinggian,
Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.

Fajar Musim Bunga telah mengeluarkan pakaiannya
dari lipatan simpanan, dan menyangkutnya
pada pohon pic dan sitrus , dan mereka kelihatan bagai pengantin dalam upacara tradisi Malam Kedre..

Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih
Air kali pun lincah berlompatan menari ria,
Di sela-sela batuan, menyanyikan lagu riang.

Dan bunga-bunga bermekaran dari jantung alam,
Laksana buih-buih bersemburan, dari kalbu lautan

Kemarilah, sayang: mari meneguk sisa air mata
musim dingin, dari gelas kelopak bunga lili,
Dan menenangkan jiwa, dengan gerimis nada-nada
Curahan simfoni burung-burung yang berkicauan
dan berkelana riang dalam bayu mengasyikkan

Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga violet
berteduh dalam persembunyian, dan meniru
Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.


MUSIM PANAS
Mari pergi ke ladang, kekasihku, karena
Musim menuai telah tiba, dan cahaya surya
Telah memanggang gandum kekuning-kekuningan.

Mari kita mengerjakan hasil bumi, sebagaimana semangat kegembiraan menyuburkan butir gandum
Dari benih cinta-kasih, yang tertanam dalam sanubari.
Mari mengisi karung kita dengan limpahan hasil bumi
bagai kehidupan mengisi penuh rongga hati,
Dengan harta kekayaan tak terperi,
Mari, jadikan bunga-bunga alas tilam kita
Dan langit biru selimut kita
Sandarkan kepala di bantal harum jerami,
Mari kita berehat setelah bekerja sepanjang hari,
Sambil mendengar bisik gemercik air sungai yang menyanyi.


MUSIM GUGUR
kita pergi memetik anggur di perkebunan
Dan memerah sari buah segar
Dan menyimpannya di jambangan tua
Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan
Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian.

Dan sekarang mari pulang, karena sang bayu telah
Menerbangkan daun-daun kuning dan memutarkan bunga-bunga layu
Yang membisikkan dendang kematian pada Musim Gugur
Mari pulang, kekasihku abadi, karena burung-burung
Telah terbang bagi perjalanan migrasi menuju kehangatan
Meninggalkan padang yang dingin dan kesepian.
Bunga mirtel dan melati pun telah lama
Mengeringkan air matanya.

Mari kembali, sebab anak sungai yang sayu
Telah kehabisan lagu, dan sumber air yang lincah
Telah membisu, enggan mengucapkan kata perpisahan.
Sedang bukit-bukit tua telah mulai melipat
pakaiannya yang berwarna-warni.

Mari, kekasihku; Alam telah letih,
Ia bersemangat melambaikan selamat tinggal
Dengan dendangan sayup dan ketenangan.


MUSIM DINGIN
Dekatlah ke mari,oh teman sepanjang hidupku,
Dekatlah padaku, dan jangan biarkan sentuhan Musim Dingin,
Mencelah di antara kita. Duduklah disampingku di depan tungku,
Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini.

Bicaralah padaku tentang kekayaan hatimu,
Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam yang menggelodak
Di luar pintu.
Palanglah pintu dan patri engselnya,
Sebab wajah angkasa menekan semangatku
Dan pemandangan ladang-ladang salju
Menimbulkan tangis dalam jiwaku.

Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar,
Letakkan dekat wajahmu, supaya aku dapat membaca dalam tangis
Apa yang telah ditulis pada wajahmu
Tentang kehidupan kau bersamaku..

Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama
Sambil mendendangkan lagu kenangan pada gairah Musim Bunga
Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah
tuaian dari Musim Gugur.

Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku,
Menyelinap padam nyalanya satu-satu, dari timbunan abu
Dekaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian.
Lampu meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup.
Mari kita saling berpandangan, sebelum mata tertutup.

Cari aku dengan rabaan, temui aku dalam pelukan
Lalu biarkan kabut malam merangkul jiwa kita menjadi satu
Kecuplah aku, kekasihku, karena Musim Dingin,
Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata:
Engkau dalam dekapan, oh Kekasihku Abadi,
Betapa dalam dan kuat samudera lelap,
Dan betapa cepatnya subuh...

(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)

The Life of Love
Spring

Come, my beloved; let us walk amidst the knolls,
For the snow is water, and Life is alive from its
Slumber and is roaming the hills and valleys.
Let us follow the footprints of Spring into the
Distant fields, and mount the hilltops to draw
Inspiration high above the cool green plains.
Dawn of Spring has unfolded her winter-kept garment
And placed it on the peach and citrus trees; and
They appear as brides in the ceremonial custom of the Night of Kedre.
The sprigs of grapevine embrace each other like
Sweethearts, and the brooks burst out in dance
Between the rocks, repeating the song of joy;
And the flowers bud suddenly from the heart of
Nature, like foam from the rich heart of the sea.
Come, my beloved; let us drink the last of Winter's

Tears from the cupped lilies, and soothe our spirits
With the shower of notes from the birds, and wander
In exhilaration through the intoxicating breeze.
Let us sit by that rock, where violets hide; let us
Pursue their exchange of the sweetness of kisses.

Summer

Let us go into the fields, my beloved, for the
Time of harvest approaches, and the sun's eyes
Are ripening the grain.
Let us tend the fruit of the earth, as the
Spirit nourishes the grains of Joy from the
Seeds of Love, sowed deep in our hearts.
Let us fill our bins with the products of
Nature, as life fills so abundantly the
Domain of our hearts with her endless bounty.
Let us make the flowers our bed, and the
Sky our blanket, and rest our heads together
Upon pillows of soft hay.
Let us relax after the day's toil, and listen
To the provoking murmur of the brook.

Autumn

Let us go and gather grapes in the vineyard
For the winepress, and keep the wine in old
Vases, as the spirit keeps Knowledge of the
Ages in eternal vessels.
Let us return to our dwelling, for the wind has
Caused the yellow leaves to fall and shroud the
Withering flowers that whisper elegy to Summer.
Come home, my eternal sweetheart, for the birds
Have made pilgrimage to warmth and lest the chilled
Prairies suffering pangs of solitude. The jasmine
And myrtle have no more tears.
Let us retreat, for the tired brook has
Ceased its song; and the bubblesome springs
Are drained of their copious weeping; and
Their cautious old hills have stored away
Their colorful garments.
Come, my beloved; Nature is justly weary
And is bidding her enthusiasm farewell
With quiet and contented melody.

Winter

Come close to me, oh companion of my full life;
Come close to me and let not Winter's touch
Enter between us. Sit by me before the hearth,
For fire is the only fruit of Winter.
Speak to me of the glory of your heart, for
That is greater than the shrieking elements
Beyond our door.
Bind the door and seal the transoms, for the
Angry countenance of the heaven depresses my
Spirit, and the face of our snow-laden fields
Makes my soul cry.
Feed the lamp with oil and let it not dim, and
Place it by you, so I can read with tears what
Your life with me has written upon your face.

Bring Autumn's wine. Let us drink and sing the
Song of remembrance to Spring's carefree sowing,
And Summer's watchful tending, and Autumn's
Reward in harvest.
Come close to me, oh beloved of my soul; the
Fire is cooling and fleeing under the ashes.
Embrace me, for I fear loneliness; the lamp is
Dim, and the wine which we pressed is closing
Our eyes. Let us look upon each other before
They are shut.
Find me with your arms and embrace me; let
Slumber then embrace our souls as one.
Kiss me, my beloved, for Winter has stolen
All but our moving lips.
You are close by me, My Forever.
How deep and wide will be the ocean of Slumber,
And how recent was the dawn!

(Kahlil Gibran)


Then said Almitra, "Speak to us of Love."
And he raised his head and looked upon the people, and there fell a stillness upon them.
And with a great voice he said:

When love beckons to you follow him,
Though his ways are hard and steep.
And when his wings enfold you yield to him,
Though the sword hidden among his pinions may wound you.

And when he speaks to you believe in him,
Though his voice may shatter your dreams as the north wind lays waste the garden.
For even as love crowns you so shall he crucify you. Even as he is for your growth
so is he for your pruning.
Even as he ascends to your height and caresses your tenderest branches that quiver in the sun,
So shall he descend to your roots and shake them in their clinging to the earth.
Like sheaves of corn he gathers you unto himself.

He threshes you to make you naked.
He sifts you to free you from your husks.
He grinds you to whiteness.
He kneads you until you are pliant;
And then he assigns you to his sacred fire, that you may become sacred bread for God's sacred feast.

All these things shall love do unto you that you may know the secrets of your heart, and in that knowledge become a fragment of Life's heart.

But if in your fear you would seek only love's peace and love's pleasure,
Then it is better for you that you cover your nakedness and pass out of love's threshing-floor,
Into the seasonless world where you shall laugh, but not all of your laughter, and weep, but not all of your tears.

Love gives naught but itself and takes naught but from itself.
Love possesses not nor would it be possessed;
For love is sufficient unto love.

When you love you should not say, "God is in my heart," but rather, I am in the heart of God."
And think not you can direct the course of love, if it finds you worthy, directs your course.

Love has no other desire but to fulfil itself.
But if you love and must needs have desires, let these be your desires:
To melt and be like a running brook that sings its melody to the night.

To know the pain of too much tenderness.
To be wounded by your own understanding of love;
And to bleed willingly and joyfully.

To wake at dawn with a winged heart and give thanks for another day of loving;
To rest at the noon hour and meditate love's ecstasy;
To return home at eventide with gratitude;
And then to sleep with a prayer for the beloved in your heart and a song of praise upon your lips.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar